Senyawa kimia berupa bahan organik yang telah
diketahui banyaknya dengan analisis proksimat mengandung energi kimia. Hewan
menggunakan makanannya tidak lain untuk memenuhi kebutuhan energinya untuk
fungsi-fungsi tubuh dan untuk melancarkan reaksi sintetis tubuh. Energi diukur
dengan kalori, dimana satu gram kalori adalah panas yang diperlukan untuk menaikkan
panas 1 gram air dari 14,5 – 15,5oC.
Energi dapat dibebaskan untuk menghasilkan energi
dalam berbagai bentuk jika dioksidasi. Di luar tubuh, oksidasi dapat dilakukan
dengan cara membakar bahan pakan menjadi abu, Setelah masuk ke tubuh , proses
pencernaan dan metabolisme mengolah sebagian senyawa kimia yang masuk menembus
dinding usus menjadi energi yang tersedia. Simpanan energi yang siap digunakan
berupa Phosphat berenergi tinggi atau disimpan dalam bentuk glikogen, lemak
tubuh dan daging. Sewaktu-waktu cadangan energi dapat dipakai untuk
beraktivitas atau untuk menghasilkan produk. Banyaknya energi kimia suatu bahan
pakan dapat diketahui melalui suatu alat yang disebut Bom Kalorimeter. Selain
menggunakan bom kalorimeter, untuk mengestimasi nilai energi bahan pakan atau
ransum dari hasil analisa proksimat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Atwater menggunakan
factor-faktor 4, 9 dan 4 masing-masing untuk menghitung kilokalori yang
tersedia dalam per gram protein, lemak dan karbohidrat. Faktor-faktor ini masih
banyak digunakan untuk menghitung nilai energi makanan manusia dan untuk
membandingkan nilai energi relatif dari bahan-bahan makanan yang khas.
Energi bahan pakan umumnya dibagi ke dalam empat
bagian, yaitu energi bruto, energi dapat dicerna, energi metabolis dan energi
netto. Hubungan antara berbagai nilai energi tersebut diuraikan berikut :
1. Energi
Bruto
2. Energi
dapat dicerna (EDD)
a. Kehilangan energi dalam urine &
methane
b. Energi metabolis (EM)
1) Kehilangan energi sebagai panas
2) Energi Netto (EN) Tersedia untuk
produksi, pertumbuhan dan reproduksi pemeliharaan
Energi
bruto bahan pakan dapat ditentukan dengan membakar sejumlah bahan tersebut
sehingga diperoleh hasil-hasil oksidasi berupa CO2, H2O dan
gas-gas lainnya. Untuk tujuan ini digunakan Bom kalorimeter guna
mengukur panas yang ditimbullkan oleh pembakaran tersebut. Cara melakukannya
adalah sebagai berikut :
1. Bahan yang telah dikeringkan terlebih dahulu
ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam bom ;
2. Tutup bom kalorimeter dengan menggunakan skerup
serapat mungkin
3. Bom diisi dengan 25 sam 30 atm O2
4. Bom ditempatkan dalam tabung kalori yang
dikelilingi sejumlah air yang telah diketahui volumenya pada temperatur
tertentu.
5. Air diaduk sampai tercapai temperatur yang konstan
6. Selanjutnya bom dinyalakan dengan aliran listrik
7. Pembacaan dilakukan dengan melihat thermometer
untuk menentukan kenaikan temperatur maksimum pada air tersebut.
Panas pembakaran akan menaikkan suhu air. Kenaikan
tersebut dapat dilihat pada thermometer yang ujung air raksanya terbenan di
dalam air sekeliling bom itu. Tidak semua GE bahan pakan dapat dicerna.
Sebagian akan dikeluarkan bersama tinja (feses), karena analisa kandungan
energi bahan pakan tidak berhenti pada GE, melainkan masih dilanjutkan dengan
penganalisaan kandungan energi dapat dicerna (DE). DE merupakan perbedaan
antara GE dalam bahan pakan dengan GE dalam feses . Diperkirakan bahwa tidak semua
zat-zat makanan yang dapat dicerna, semuanya diasimilasikan dan digunakan dalam
tubuh. Tetapi hal itu tidak benar karena dalam pencernaan dan penggunaan bahan
pakan terdapat tiga macam bentuk kehilangan energi lainnya yaitu :
1. Energi yang hilang dalam urine dan sisa hasil N
lainnya yang dikeluarkan melalui urine
2. Energi yang hilang dalam bentuk gas hasil oksidasi,
hasil fermentasi selulosa, pentosan dan karbohidrat lainnya di dalam alat
pencernaan terutama di dalam rumen ternak ruminansia. Kehilangan energi dalam
proses ini relatif kecil. Pada ruminansia energi yang hilang umumnya tidak
lebih dari 10%.
3. Kehilangan energi pada berbagai aktivitas seperti
mengunyah, mencerna dan mengasimilasi bahan pakan. Kehilangan energi dalam
bentuk seperti ini relatif lebih besar. Proses – proses tersebut biasanya
dinamakan “energi pencernaan”
Disamping ke tigas hal tersebut di atas, masih ada
lagi kehilangan energi dalam bentuk lain, yaitu energi yang dikeluarkan dalam
proses-proses berbentuk panas dan yang bertujuan menghangatkan badan.
Kehilangan energi dalam bentuk panas disebut energi thermis. Energi thermis
adalah jumlah tambahan panas yang dihasilkan dalam tubuh akibat konsumsi
makanan. Kehilangan energi dalam bentuk energi thermis biasanya lebih besar pada
bahan pakan yang memiliki serat kasar tinggi daripada bahan pakan yang
berbentuk butir-butiran dan berserat rendah yang sifatnya mudah dicerna.
Contohnya pada jagung 33% energi pakan yang dicerna hilang dalam bentuk energi
thermis, sedangkan pada jerami kehilangan lebih dari 60%.
Energi yang hilang dalam feses, pembakaran gas-gas dan
di dalam urine yang dikurangkan dari jumlah seluruh energi dalam makanan dan
sisanya disebut energi metabolis. Untuk ternak unggas, nilai energi metabolis
dari bahan pakan lebih tepat dan paling banyak digunakan karena aplikasinya
lebih praktis, disamping itu pengukuran energi ini tersedia untuk semua tujuan
yaitu untuk hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan dan produksi telur. Secara
umum, energi yang hilang akibat pembakaran gas dan urine kira-kira 8%, atau
3-5% dari energi bruto bahan pakan. Hilangnya energi pada ternak ruminansia
umumnya lebih besar dibandingkan pada ternak non ruminan.
|
Ternak berlambung tunggal/sederhana
|
Non – ruminan (herbivora)
|
Ruminansia
|
|
Feses
Gas
Urin
Panas
reaksi (heat
increament
)
|
2-40
0.5
1-3
5-30
|
10-70
3-7
3-5
10-35
|
10-60
5-12
3-5
10-40
|
|
Net
use
|
25-50
|
15-50
|
10-35
|
Sumber
: Benerjee (1978)
Energi yang terdapat dalam
bahan pakan dipandang sebagai “potensial”, sampai energi tersebut dimanfaatkan.
Semua energi potensial dalam bahan pakan seperti yang diperoleh dengan membakar
bahan pakan dalam kalorimeter tidak dapat digunakan oleh ternak.
Nilai energi metabolis
dipengaruhi oleh penggunaan asam-asam amino dalam tubuh, misalnya untuk
sintesis protein sebagai sumber energi. Jadi nilau ME biasanya dikoreksi dengan
keseimbangan nitrogen dengan menggunakan beberapa factor koreksi sebagai berikut
: Untuk tiap g nitrogen disimpan dalam tubuh, ada pengurangan 6,77 kkal untuk
babi, 7,45 kkal untuk ruminansia dan 8,22 kkal untuk unggas. Akibatnya bila
ternak dalam keadaan keseimbangan negatif, nilai ME harus ditambahkan pada
koreksinya.
Beberapa factor yang mempengaruhi produksi ME dari
suatu bahan pakan adalah ;
1.
Sifat fisik/kimia dari bahan pakan
• Kecernaan
• Kecukupan/keseimbangan zat-zat makanan dalam bahan
pakan yang digunakan
• Protein
• Intensitas fermentasi pada ternak ruminansia
• Level dan frekuensi pemberian pakan
2.
Status Produktivitas Ternak
• Untuk hidup pokok
• Untuk pertumbuhan
Selain menggunakan sistem ME untuk menyatakan nilai
energi suatu bahan pakan atau ransum, masih ada sistem lain yang umum digunakan
yaitu system TDN (Total digestible nutrient). Sistem ini berdasarkan
analisis proksimat yang memberi nilai DE (Digestible energy) pada lemak
dapat dicerna dan protein dapat dicerna yang lebih tinggi dibanding MP. Sistem
TDN dipandang sebagai kompromi antara DE dan ME (0.45 kg TDN setara dengan 2000
kkal DE atau 1600 kkal ME).
Sistem TDN yang disebutkan di atas sebenarnya
merupakan upaya untuk mengukur DE dengan menggunakan sebagai unit. Dimana 1 kg
TDN setara dengan 4,4 Mkal DE (Schneider dan Flatt, 1975). Keuntungan dari
system ini adalah mudah mengukurnya, tetapi tidak memberi penjelasan tentang
semua
energi yang hilang disebabkan oleh proses pencernaan
dan proses metabolisme zat-zat bahan pakan. Kelemahan utama dari system DE
adalah bila digunakan sebagai dasar system pemberian makanan maka akan terjadi
overestimasi energi yang tersedia untuk bahan pakan yang sukar dicerna
(misalnya hijauan) relatif terhadap bahan-bahan pakan yang mudah dicerna
seperti biji-bijian. Oleh karena itu masih ada system lain yang digunakan yaitu
NE (net energy).
Nilai energi netto (NE) diperoleh dengan mengurangi
energi (ME) makanan atau ransum dengan panas reaksi. Energi netto adalah bagian
energi yang tinggal dalam tubuh untuk tujuan yang bermanfaat seperti
pertumbuhan, produksi lemak tubuh, produksi susu, telur dan pekerjaan otot.
Bila digunakan untuk hidup pokok, energi netto diubah menjadi energi mekanik
yang digunakan untuk kerja, akan keluar dari tubuh ternak sebagai panas. Bila
panas semacam ini diperlukan untuk kehangatan tubuh akan digunakan sebagai
pelengkap aksi energi kimia yang sebenarnya digunakan untuk produksi. Namun
bila tidak digunakan akan terbuang dan dikeluarkan dari tubuh.
Penggunaan NE sebagai dasar untuk sistem evaluasi bahan pakan
merupakan sesuatu yang kompleks, karena ME yang tersedia dari bahan pakan yang
digunakan ternak untuk berbagai status fisiologis dari hewan tersebut
masing-masing efisiensinya berbeda. Sedangkan keuntungan dari penggunaan sistem
NE antara lain :
1. Kebutuhan energi dari ternak yang dinyatakan dengan
NE tidak lagi tergantung pada bahan pakan, artinya tidak ada lagi penyesuaian
yang perlu dilakukan bila ternak diberi berbagai rasio hijauan : konsentrat.
2. Kebutuhan hidup pokok diperkirakan secara terpisah
dari bahan pakan yang dibutuhkan untuk fungsi produksi. Dengan system NE
didapatkan satu angka kebutuhan, non multiple, karena tepat mengevaluasi energi
hijauan untuk hidup pokok.
3. Karena NE sudah memperhitungkan energi yang hilang
melalui feses, urin dan produksi panas, maka tidak akan ada lagi bias yang akan
ditemui dalam respon ternak. Walaupun system NE dianggap sudah sebagai standar
untuk menjelaskan nilai energi bahan pakan maupun untuk kebutuhan sapi
pedaging, namun masih memiliki kelemahan, yaitu :
1. Linieritas hubungan antara Log Produksi panas dan
konsumsi ME ; beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasilnya relatif tidak
linier, tetapi sedikit banyak sigmoid.
2. Tidak semua NE bahan pakan tersedia, sehingga nilai
NE bahan pakan masih diestimasi dari nilai DE.
3. Penggunaan komputer dengan multiple NE tidak akurat
dan tidak mudah.
Inkonversi antara DE, ME dan NE dapat dilakukan
setelah beberapa peneliti mendapatkan persamaan sebagai berikut :
ME = 0.82 DE (NRC-AS, 1976)
NEm = 1.37 ME – 0.138 ME2 +
0.0105ME2 –
1.12 (Garret, 1980)
NEg = 1.42 ME - 0.174 ME2 +
0.01222ME3
– 1.65 (Garret, 1980)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar